Resume Tafsir Aqidah Akhlaq

 Resume Tafsir Aqidah Akhlaq
A.               
Pengertian Takdir

Dalam kamus besar bahasa Indonesia takdir adalah ketetapan Tuhan; ketentuan Tuhan; nasib; 2 p jika; seandainya: --nya terjadi apa-apa dng diri abang kpd siapa kami akan beruntung; 3 p kalau pun: -- pun harus menghadapi risiko yg berbahaya, akan diteruskan juga niatnya; -- Ilahi takdir Allah; bertakdir v bergantung takdir; menakdirkan v (Tuhan) menentukan lebih dahulu (sejak semula)[1]
Kata takdir (taqdir) berasal dari  kata qadara yang mempuny arti antara lain mengukur, memberi kadar atau ukuran, sehingga jika kita berkata, "Allah telah menakdirkan demikian," maka itu berarti, "Allah telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan maksimal makhluk-Nya."

Sedangkan dalam kamus Mu’jam Maqayis al Lughah, kata qadara berarti sampainya sesuatu. Qadr juga berarti ketetapan Allah terhadap sesuatu yang telah sampai waktunya dan merupakan penjelasan dari kehendakNya terhadap sesuatu itu dan dalam kamus al Munawwir, kata qadr berarti ukuran, kuasa dan kemampuan. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya.[2]
B.                 Macam-macam Takdir

Adapun macam-macam taqdir yaitu:
1.      Takdir Mubram, merupakan ketentuan Allah swt  yang sudah pasti berlaku atas manusia tanpa dapat dielakkan lagi meskipun dengan ikhtiar (usaha).
2.      Takdir Mualak, merupakan ketentuan Allah swt. yang mungkin dapat diubah oleh manusia  melalui ikhtiar bila Alah swt mengijinkan.
C.                Tingkatan Takdir
Dalam konsep ini takdir ini memiliki empat tingkatan yangmana semuanya wajib kita ketahui dan diimani, yaitu tingkatannya adalah sebagai berikut :
1.       Al-`Ilmu, bahwa seseorang harus meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik secara global maupun terperinci. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Karena segala sesuatu diketahui oleh Allah, baik yang detail maupun jelas atas setiap gerak-gerik makhluknya. Sebagaimana firman Allah :

* ¼çnyYÏãur ßxÏ?$xÿtB É=øtóø9$# Ÿw !$ygßJn=÷ètƒ žwÎ) uqèd 4 ÞOn=÷ètƒur $tB Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur 4 $tBur äÝà)ó¡n@ `ÏB >ps%uur žwÎ) $ygßJn=÷ètƒ Ÿwur 7p¬6ym Îû ÏM»yJè=àß ÇÚöF{$# Ÿwur 5=ôÛu Ÿwur C§Î/$tƒ žwÎ) Îû 5=»tGÏ. &ûüÎ7B ÇÎÒÈ  
Artinya : “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.” (QS. Al-an`am:59)

2.      Al-Kitabah, Bahwa Allah mencatat semua itu dalam lauhil mahfuz,
3.      Al-Masyiah (kehendak), Kehendak Allah ini bersifat umum. Bahwa tidak ada sesuatu pun di langit maupun di bumi melainkan terjadi dengan iradat/masyiah (kehendak /keinginan) Allah SWT. Maka tidak ada dalam kekuasaan-Nya yang tidak diinginkan-Nya selamanya. Baik yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh Zat Allah atau yang dilakukan oleh makhluq-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya :

!$yJ¯RÎ) ÿ¼çnãøBr& !#sŒÎ) yŠ#ur& $º«øx© br& tAqà)tƒ ¼çms9 `ä. ãbqä3uŠsù ÇÑËÈ  
Artinya : “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia” (QS. Yasin:82)
4.      Al-Khalqu, Bahwa tidak sesuatu pun di langit dan di bumi melainkan Allah sebagai penciptanya, pemiliknya, pengaturnya dan menguasainya,

D.                Iman kepada Takdir dan Keberadaan Takdir

Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi, karena itu manusia hanya bisa berusaha dan menunggu takdir atau ketetapan yang sudah ditentukan oleh Allah.
Kemampuan manusia dalam berfikir memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang matang sesuai yang mereka inginkan. Namun setelah diusahakan dengan sekuat tenaga kenyataan dalam realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.
Oleh karena itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa agar dapat membawa perubahan.
Adapun hadis-hadis yang berbicara tentang takdir diantaranya adalah :
  • Ø Hadis riwayat Bukhari no 6599 :
حَدَّثَنِى إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ ، كَمَا تُنْتِجُونَ الْبَهِيمَةَ ، هَلْ تَجِدُونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ حَتَّى تَكُونُوا أَنْتُمْ تَجْدَعُونَهَا
Artinya :Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda : “Setiap orang lahir dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang membuat ia menjadi Yahudi dan Nasrani seperti lahirnya binatang ternak. Apakah kamu melihat ada kecacatan padanya sampai kamu membuatnya menjadi cacat ?”
  • Ø Hadis riwayat Turmuzi no 2309 :
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُنْذِرِ الْبَاهِلِىُّ الصَّنْعَانِىُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ حَدَّثَنِى أَبُو هَانِئٍ الْخَوْلاَنِىُّ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِىَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ .« قَدَّرَ اللَّهُ الْمَقَادِيرَ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Artinya :Umar bin Abdullah berkata : aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “Allah telah menetapkan ukuran-ukuran (takdir) 500 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi”.
Hadis ini berbicara tentang ketetapan-ketetapan Allah terhadap seluruh makhluknya. Allah telah memberikan takaran-takaran yang akan membuat dunia ini menjadi seimbang dan akan membuatnya menjadi lebih indah sebelum dunia itu diciptakan. Segala ketetapan, takdir, ukuran-ukuran, batasan-batasan, semuanya sudah diatur sedemikian rapi agar kehidupan makhlukNya menjadi nyaman dan bisa melaksanakan tugas masing-masing di muka bumi. Selain itu, semuanny mempunyai ukurannya masing-masing yang apabila ukuran itu dilanggar, maka akan mengganggu stabilitas yang lainnya sehingga akan menimbulkan hal-hal yang akan merusak kehidupan makhluk di muka bumi ini. Seperti eksplorasi kekayaan bumi yang berlebih-lebihan, pembuangan limbah yang sembarangan serta hal-hal yang lain yang akan merusak ekosistem yang telah ada.

E.                 Hubungan Taqdir dengan Ikhtiar
Ikhtiar berasal dari bahasa Arab (إخْتِيَارٌ) yang berarti mencari hasil yang lebih baik. Adapun secara istilah, pengertian ikhtiar yaitu  usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Maka, segala sesuatu baru bisa dipandang sebagai ikhtiar yang benar jika di dalamnya mengandung unsur kebaikan. Tentu saja, yang dimaksud kebaikan adalah menurut syari’at Islam, bukan semata akal, adat, atau pendapat umum. Dengan sendirinya, ikhtiar lebih tepat diartikan sebagai “memilih yang baik-baik”, yakni segala sesuatu yang selaras tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Ikhtiar juga dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, jika usaha kita gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Kegagalan dalam suatu usaha, antara lain disebabkan keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Apabila gagal dalam suatu usaha, setiap muslim dianjurkan untuk bersabar karena orang yang sabar tidak akan gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa.





[1] Kamus besar Bahasa Indonesia
[2] Mahmud, Muhammad Mazruri, Târîkh Al-Firaq Al-Islâmiyyah, Kairo: Dar Al-Manar. 1991. 

Related Posts:

0 Response to " Resume Tafsir Aqidah Akhlaq"

Posting Komentar